Ketua Tim Pengembangan Materi UPSDM LLDIKTI Wilayah IX Menjadi Narasumber di ETDC Indonesia – Workshop yang dilakukan secara virtual ini diselenggarakan oleh ETDC Indonesia, Sabtu 30 Januari 2021 kemarin. Kegiatan ini diselenggarakan melalui aplikasi zoom dan live streaming pada channel YouTube ETDC Indonesia.
Berdasarkan pantauan kami melalui YouTube, ketua ETDC, Sirajuddin, S.Pd.,M.Pd menjelaskan tujuan dari workshop ini adalah dapat memahami bagaimana penyusunan Asesmen Kompetensi Minimum. “Insyaallah semoga bapak/ibu nantinya setelah mengikuti kegiatan ini, dapat tahu dan memahami bagaimana penyusunan Asesmen Kompetensi Minimum, karena kita ketahui bersama bahwa kurikulum sekarang, kurikulum merdeka belajar itu identik dengan kata asesmen dimana ujian nasional telah diganti jadi asesmen nasional”, jelas Sirajuddin dalam sambutannya.
Sebagaimana informasi awal dari ETDC bahwa dalam kegiatan ini juga turut hadir Bapak Kepala Dinas Pendidikan, Prof. Dr. Muhammad Jufri, M.Si dalam memberikan sambutan pada workshop kali ini, namun ternyata beliau memiliki kesibukan lain dan akhirnya diwakili oleh Kepala UPT pelayanan TIK Pendidikan, menurut ketua ETDC saat dikonfirmasi via WhatsApp. Ia juga menyampaikan bahwa peserta yang tergabung dalam kegiatan ini sebanyak 251 orang.
“Alhamdulillah pada workshop tadi peserta yang terdaftar ada 251 yang terdiri dari guru, mahasiswa, dan akademisi dan sambutan Bapak Kadis Provinsi diwakilkan karena memiliki kesibukan lain meskipun kegiatan ini sempat molor pelaksanaannya untuk menunggu waktu Kepala Dinas”, pungkasnya.
Narasumber pada kegiatan ETDC kali ini adalah Bapak Dr. Khaeruddin, S.Pd.,M.Pd yang merupakan salah satu dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam menjalankan aktivitas sebagai dosen, ia juga diberi tanggungjawab sebagai ketua tim pengembangan materi UPSDM LLDIKTI wilayah IX dan juga ketua Lembaga Pendidikan Pengembangan Aktivitas Intruksional (LP2I) Unismuh Makassar.
Khaeruddin mengawali pemaparannya dengan menyampaikan tiga bagian Asesmen Nasional yang diluncurkan oleh Kemendikbud RI, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan.
“Saya kira apa yang diluncurkan oleh bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI itu namanya Asesmen Nasional yang terdiri atas tiga, yakni: Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan”, jelas Khaeruddin.
Ia kemudian melanjutkan dengan kebijakan AKM itu sendiri. “AKM itu dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, karena hasil belajar itu ada tiga: kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Nah, khusus AKM ini, itu didesain untuk mengukur capaian peserta didik dari segi kognitif yang diarahkan pada literasi dan numerasi”, lanjutnya.
Terkait perancangan AKM yang menitikberatkan pada kemampuan literasi dan numerasi ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian Programme for International Student Asessment (PISA) , dimana masih menunjukkan rendahnya literasi membaca di Indonesia. “Ini yang melatarbelakangi AKM, hasil PISA 2018 literasi membaca itu hanya 30% yang memenuhi kompetensi minimal, 70 % anak didik kita yang disurvei itu berada di bawah kompetensi minimal. Hasil survei PISA yang dilakukan setiap empat tahun sekali ini masih sangat rendah”, tambahnya.
Di kegiatan tersebut pemateri memaparkan secara terstruktur dan mudah dipahami lengkap dengan sajian data pendukung. Olehnya itu, para guru diharapkan mampu mendesain AKM ini yang berorientasi pada literasi membaca dan literasi numerasi yang baik.
“Kita bisa lihat contoh soal PISA 2018 terkait literasi membaca. Secara umum siswa mengalami kesulitan menginterpretasikan isi bacaan panjang karena siswa tidak terbiasa membaca panjang.
Selanjutnya bagaimana menyusun soal AKM. Yang pertama, bagaimana mentransfer fakta dari satu konteks ke konteks lain. Nah, soal asesmen kita itu sangat akademik sehingga perlu itu ditransfer dari suatu konteks. Kedua, memilih, memproses, dan menerapkan informasi. Ketiga, melihat keterkaitan antara beberapa informasi yang berbeda.
Keempat, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah. Kelima, menguji informasi dan gagasan secara kritis. Dalam menyusun soal AKM ini, harus kontekstual dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan problem solving. Ilmu itu bisa berguna kalau bisa digunakan dan ada aplikasinya di masyarakat”, terang Khaeruddin.
Kegiatan workshop ini diharapkan mampu memberi pemahaman kepada guru-guru tentang bagaimana menyusun instrumen AKM. Olehnya itu, admin dengan segala keterbatasannya menyarankan kepada guru-guru, praktisi pendidikan, beserta khalayak ramai dan juga calon guru untuk menyimak lebih lengkap pemaparan narasumber pada channel YouTube ETDC Indonesia.