Desa Minasa Baji, Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menghadapi ancaman serius terhadap ekosistem mangrove di wilayah tersebut. Penurunan luas hutan mangrove cukup signifikan akibat aktivitas penebangan liar dan konversi lahan menjadi area tambak. Hal ini tidak hanya berdampak pada aspek lingkungan, seperti peningkatan risiko abrasi pantai dan hilangnya habitat penting bagi berbagai spesies laut, tetapi juga mempengaruhi aspek sosial-ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada keberlanjutan ekosistem mangrove.
Menyadari kompleksitas permasalahan tersebut, tim dosen dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang mengintegrasikan upaya konservasi mangrove dengan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan bahasa Inggris. Program ini bertujuan tidak hanya untuk memulihkan ekosistem mangrove tetapi juga untuk membekali masyarakat lokal dengan keterampilan yang dapat meningkatkan daya tarik wisata lokal.
Holistik dan Akademis
Pendekatan yang digunakan dalam program ini bersifat holistik, memadukan pelestarian lingkungan dengan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Upaya konservasi mangrove dilakukan dengan komunitas Inspirasi Pesisir melalui penanaman kembali dan pemeliharaan hutan mangrove yang tersisa, dan juga melibatkan masyarakat lokal dalam proses rehabilitasi ekosistem pesisir. Kegiatan ini mencakup penanaman bibit mangrove, pemantauan pertumbuhan, serta edukasi mengenai pentingnya mangrove bagi ekosistem laut dan daratan.
Namun, program ini tidak hanya fokus pada konservasi lingkungan. Dr. Saiful, S.Pd., M.Pd., sebagai Ketua Tim menjelaskan bahwa “Kami juga mengupayakan keberlanjutan konservasi melalui partisipasi aktif masyarakat dan peningkatan keterampilan masyarakat lokal. Untuk itu, pelatihan bahasa Inggris diberikan kepada anggota Karang Taruna. Kemampuan berbahasa Inggris dianggap krusial untuk meningkatkan kualitas layanan wisata, terutama bagi wisatawan mancanegara yang tertarik pada wisata edukatif berbasis mangrove karena Desa Minasa Baji memiliki lebih dari 10 jenis mangrove yang tidak ditemukan di pulau lain, menjadikannya unik dan menarik.”
Menuju Pariwisata Edukatif Berkelanjutan
Integrasi antara konservasi dan pelatihan bahasa Inggris ini menciptakan model pemberdayaan yang berkelanjutan. Konservasi mangrove yang sukses akan meningkatkan kualitas ekosistem pesisir, sementara peningkatan keterampilan berbahasa Inggris akan membuka peluang ekonomi baru melalui pariwisata edukatif. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik terbaik dalam pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya di daerah afirmasi.
Selain menjadi solusi atas permasalahan ekosistem dan ekonomi, upaya ini juga diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat lokal tentang pentingnya pelestarian lingkungan sebagai aset jangka panjang. Melalui kombinasi antara pendidikan, keterampilan, dan konservasi, Desa Minasa Baji di Kepulauan Tana Keke diharapkan dapat berkembang menjadi destinasi wisata edukatif yang unggul, memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi generasi mendatang.